Skip to main content

Masa awal SMA yang mengubah karakter dan pola pikir



Alhamdulillah setelah serangkaian seleksi panjang, Allah mengabulkan keinginan saya untuk bisa masuk ke MAN 3 Malang (sekarang menjadi MAN 2 Malang). 

Awal-awal sekolah, bisa dibilang saya sangat ambisius, harus bisa keterampilan ini itu, harus ikut ekskul ini itu, harus bisa ranking atas dalam kelas. 

Karena saking ambisinya saya waktu itu, hampir apapun pertanyaan yang diajukan oleh berbagai guru selalu saya coba jawab semuanya, terutama pertanyaan-pertanyaan lisan yang diajukan di depan kelas tak peduli jawaban saya benar atau salah, yang penting saya harus menjawabnya. Maklum lah karena sekolah saya di luar kota dan siswa-siswinya juga datang dari berbagai kota di Indonesia, jadi ga boleh kalah sama temen² dari daerah lain.

Dalam kegiatan sekolah pun, saya juga mencoba aktif untuk mengikuti banyak ekstra kulikuler, awalnya ingin masuk PASKIBRA, eh ternyata saya ga keterima, maklum waktu itu tinggi badan saya masih belum seberapa dibanding teman² seangkatan, karena usia saya yang memang lebih muda 2 tahun dibanding teman². 

Akhirnya mencoba ikut OSIS. eh ternyata seleksi pertama saya langsung dijadikan div. Acara padahal pengalaman organisasi saya sangat minim apalagi berhubungan dengan manajemen acara dan kegiatan. Waktu itu saya diberikan tanggung jawab untuk mengoordinir acara lomba pidato Bhs. Asing 17 Agustus. Karena baru pertama kali, akhirnya acara berjalan biasa² saja dan kalah ramai dengan acara atau lomba yang lain. Beberapa hari setelah acara selesai, akhirnya nama-nama pengurus OSIS yang baru telah keluar..

Dan Alhamdulillah ala kulli hal, nama saya tak tercantum...

Ya apa boleh buat. Mungkin masih bisa lah tahun depan..

Akhirnya setelah percobaan panjang mengikuti seleksi beberapa ekstra kulikuler, saya diterima di PRAMUKA, KIR (Karya Tulis ilmiah), BDI (Badan Dakwah Islam), dan OSIA (Organisasi Santri Asrama). Rencana gabung dengan tim basket tapi saya kurang nyaman waktu itu karena pakai celana pendek kalau latihan, malu aja karena sudah memasuki usia yang lebih dewasa.

Selama satu semester saya mencoba jalani semua ekskul yang saya ikuti sembari dengan tetap berusaha menjadi siswa yang aktif di kelas dengan selalu menjadi yang pertama berusaha menjawab berbagai pertanyaan dari guru, walaupun kebanyakan jawaban saya kurang tepat. Yah memang lebih karena semangat yang berapi-api saja tapi daripada pikir panjang.

Satu semester telah berakhir. Akhirnya pengumuman perpindahan kelas dan ranking pun tiba. Siswa yang mendapat peringkat 1-7 akan masuk kelas olimpiade. Sementara yang mendapat nilai B. Inggris 90-100 masuk kelas bilingual. Dan ternyata setelah ditunggu-tunggu, saya tak masuk keduanya..

Mencoba berkeliling kelas mencari nama saya, ternyata ada di kelas X IPA 1 atau bisa dibilang kelas reguler. Sedikit kecewa di awal, dan ternyata tak ada satu pun juga laki² dr kelas saya yang lolos ke kelas olimpiade. Tapi apapun hasilnya memang harus diterima. Dan banyak pelajaran yang telah didapat.

Dari situ saya mencoba merenungi. Apa yang salah dalam diri saya, apakah saya terlalu ambisius namun tak mempertimbangkan berbagai konsekuensinya. Akhirnya saya mencoba sedikit mengubah kepribadian dan pola pikir saya, dari yang awalnya selalu bergairah dan selalu semangat dalam belajar, menjadi agak pendiam dan pemikir. Walaupun juga disebabkan oleh kekecewaan dari hasil rapor semester satu yang kurang memuaskan. Saya juga khawatir jika terlalu mengedepankan semangat dan berekspektasi terlalu tinggi tapi hasil tak seberapa. 

Saya mencoba untuk menjadi pribadi yang bersikap lebih tenang, tak perlu tampil di kelas, tak apa menjadi pendiam, asal saya benar-benar mencoba memahami penjelasan guru dengan benar dan mendapat nilai yang maksimal dalam ujian. 

Alhamdulillah, dikelas yang baru, tak seperti suasana kelas yang lama, di sini kita lebih akrab, persaingan antar siswa tak terlalu menonjol, justru di sini kita saling banyak membantu satu sama lain, baik dalam pelajaran, pergaulan, dan banyak hal.

Saya pun juga dipercaya menjadi wakil ketua kelas mendampingi teman saya Willy sang ketua kelas. Saya pun merasakan adanya suasana damai dalam kelas. Belajar santai tapi sungguh-sungguh dan maksimal. Ketika membantu urusan teman-teman saya juga mendapat berbagai kemudahan, baik dalam memahami materi, bahkan juga dalam masalah finansial. Ceritanya waktu itu ada penawaran bimbel dari salah satu lembaga kursus di Malang. Saya ditunjuk menjadi PJ. Ketika pendataan, Mbak Narahubung meminta nama saya untuk dimasukkan ke dalam daftar peserta kursus. Saya bilang ngga bisa ikut dulu. Beliau tanya alasan saya, tapi saya enggan menjawab. Akhirnya beliau mengatakan "buat Maba gratis deh, tapi jangan bilang siapa-siapa ya." "Siap Mbak, haha." Dari situ ada nilai penting yang saya dapat. Ketika kita berusaha membantu urusan orang lain, maka akan ada kemudahan-kemudahan yang akan kita dapat. Alhamdulillah.

Suadanya selama 6 bulan di kelas yang baru, saya merasakan adanya beberapa peningkatan. Dan ketika pengumuman ranking dan perpindahan kelas, Alhamdulillah saya berkesempatan naik ke kelas XI IPA 4, ya itulah kelas olimpiade. Salah satu kelas dengan fasilitas paling nyaman, nyaman untuk tiduran haha, karena beralaskan karpet bersih dan nyaman.

Oh iya, pada foto di atas, saya bukan yang lagi tidur ya, saya kelihatan tapi agak jauh, jadi terlihat kecil

Comments

Popular posts from this blog

Berbeda jalur dengan teman-teman

Pada tahun 2010, tepatnya bulan Juni, saya naik kelas, Alhamdulillah. Harapan saya di kelas ini adalah bisa membersamai teman-teman yang punya bakat dan keunggulan dalam hal akademik. Ya seenggaknya agar bisa tertular kepintaran teman-teman. Di kelas ini, ada pembinaan khusus bagi para siswa untuk mempersiapkan diri mengikuti perlombaan akademik sesuai dengan mapel keminatan mereka. Setiap siswa wajib (bukan berhak lagi) memilih mapel keminatan mereka masing-masing. Saya waktu itu hampir memilih Fisika, tapi karena peminat fisika sedikit jadinya saya ambil matematika. Salah satu alasan saya juga adalah karena teman akrab saya pilih matematika. Ya begitulah pengaruh teman, maka harus selektif dan pintar-pintat dalam memilih teman. Dalam prosesnya, ternyata realitas yang terjadi berbeda. Tatkala teman-teman yang lain disibukkan dengan pendalaman mapel keminatan untuk ikut serta dalam perlombaan, saya malah 'asyik' sibuk di organisasi. Saat kelas XI memang umumnya masa-masa paling

Perjalanan Awal kuliah yang tak sistematis

Ya, saat itu jurusan yang saya ambil adalah jurusan informatika, pilihan terakhir setelah mendapat saran dari bbrp orang. Awal jurusan yang saya inginkan saat itu bisa dikatakan ngga ada, entah seolah keinginan untuk mengambil diskursus keilmuan tertentu di universitas tak terasa dalam hati dan tak terpikir oleh akal. Awalnya saya memilih jurusan fisika di salah satu kampus di jawa barat, karena ga jadi dapat SNMPTN undangan (oh iya nanti akan saya ceritakan kenapa ga jadi dapat SNMPTN undangan). Lalu  saya memutuskan untuk mengambil jurusan PWK (Perencanaan wilayah dan kota) pada salah satu kampus di Yogjakarta melalui jalur beasiswa yayasan. Tapi ternyata belum takdirnya.  Lalu ketika akan mau ujian nasional, saya sempatkan untuk berkunjung ke sekolah MTs saya dulu, waktu itu saya mengubah jurusan lagi menjadi Matematika Murni, ya karena memang itu mapel favorit saya.. eh kebetulan pas ngobrol berdua dengan guru favorit saya dulu pas SMP (pastinya guru matematika juga, namanya Pak Am